Franciscus Xaverius Seda (lahir di Flores, Nusa Tenggara Timur, 4 Oktober 1926 – meninggal di Jakarta, 31 Desember 2009 pada umur 83 tahun) adalah seorang politikus, menteri, tokoh gereja, pengamat politik, dan pengusaha Indonesia.
“A man for all seasons!”
Sebuah julukan yang diberikan seorang wartawan ternama Indonesia kepada Frans Seda dalam salah satu tulisan menyambut ulang tahun tokoh tiga zaman ini yang ke-80 pada tahun 2006 yang lalu. Julukan itu tentu berdasarkan pantauan sang penulis yang kerap melihat jejak keterlibatan Frans Seda dalam sejarah perjuangan dan pembangunan bangsa Indonesia.
Saat masih muda, beliau sudah bergabung dengan Laskar KRIS (Kebangkitan Rakyat Indonesia Sulawesi) dan anggota Batalyon Paraja/Lasykar Rakyat GRISK/TNI Masyarakat (1945-1950) untuk berjuang melawan Belanda. Di dunia organisasi pemuda, Frans Seda sempat menjadi Ketua Pemuda Indonesia di Surabaya; anggota Panitia Pembubaran Negara Jawa Timur dan DPR Sementara Daerah Jawa Timur (RI) mewakili Pemuda; anggota Panitia Kongres Pemuda di Surabaya; anggota Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) di Belanda; serta pendiri/pengurus Ikatan Mahasiswa Katolik Indonesia (IMKI) di Belanda (1950-1956). Sepulang dari meraih gelar Doctorandus bidang Ekonomi di Tilburg, Belanda, karirnya segera melesat dalam dunia politik, pemerintahan, maupun dalam pengabdiannya kepada Gereja. Keaktifannya di Partai Katolik mengantarkannya pada jabatan Wakil Ketua dan kemudian menjadi Ketua Umum Partai Katolik. Pada tahun 1960, Frans Seda masuk Parlemen sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong (DPRGR) dan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS) mewakili Golongan Katolik. Ketika terjadi gejolak antara Indonesia dan Kerajaan Belanda dalam kaitannya dengan persoalan Irian Barat, beliau amat piawai untuk berdiplomasi. Hal inilah yang membuat Parlemen Belanda yang saat itu dikuasai Partai Katolik Belanda (KVP) menerima Bunker Plan yang berujung pada masuknya Irian Barat ke Republik Indonesia.
Selain menjadi Menteri Perkebunan (1964-1966) pada usia 38 tahun dan kemudian menjadi Menteri Pertanian (1966) pada situasi Negara yang memanas, tidak boleh dilupakan pula bahwa beliau menjadi Menteri Keuangan (1966-1968) dalam keadaan keuangan Republik Indonesia di awal Orde Baru yang sangat tidak baik. Prestasi Frans Seda yang layak diapresiasi pada masa ini adalah bahwa Frans Seda mampu membawa ekonomi Indonesia ke arah yang lebih stabil setelah didera inflasi hingga 650%, mengarahkan Indonesia kembali dalam pergaulan masyarakat internasional, menerapkan kesatuan penganggaran Pemerintah pada Kementerian Keuangan serta menerapkan model anggaran penerimaan dan belanja yang berimbang; dua hal penting yang hingga kini masih diterapkan dalam dunia keuangan Indonesia. Inilah yang menurut pendapat Emil Salim, salah satu sahabat dekatnya adalah tidak berlebihan apabila kita menyebutnya sebagai Pahlawan Keuangan Indonesia. Banyak hal pula yang dilakukannya ketika menjadi Menteri Perhubungan, Telekomunikasi, dan Pariwisata (1968-1973), seperti merintis penerbangan dan pelayaran perintis di berbagai daerah di Indonesia, khususnya di Indonesia bagian Timur, merintis penggunaan satelit telekomunikasi Palapa, serta beberapa kawasan wisata unggulan seperti di Nusa Dua, Bali. Sesudahnya Frans Seda kemudian mendapatkan sederet jabatan di berbagai bidang, seperti: Duta Besar Republik Indonesia di Brussels untuk Masyarakat Ekonomi Eropa, Kerajaan Belgia dan Luxembourg (1973-1976); anggota Dewan Pertimbangan Agung Republik Indonesia (1978-1983), hingga menjadi penasihat Presiden.
Beliau juga seorang pendidik yang ingin mendidik insan-insan Indonesia menjadi pemikir bukan hanya praktisi tanpa dasar pemikiran. Warisannya yang nyata di dunia pendidikan adalah Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya (Unika Atma Jaya) dan PPM (Pembinaan dan Pendidikan Manajemen). Unika Atma Jaya didirikannya bersama rekan-rekannya dari IMKI dan PMKRI pada 1 Juni 1960 dengan modal hanya Rp 500,- (lima ratus rupiah). Kiprahnya di Unika Atma Jaya diawali dengan menjadi Dekan pertama Fakultas Ekonomi sekaligus menjadi Rektor yang pertama kali, selanjutnya sebagai Ketua Umum Yayasan Atma Jaya selama beberapa periode, Ketua Kehormatan Yayasan Atma Jaya, dan bahkan pada saat Frans Seda meninggal pada akhir tahun 2009, beliau masih tercatat sebagai Ketua Pembina Yayasan Atma Jaya.
Frans Seda sungguh-sungguh mengamini tekadnya mengabdi Tanah Air sebagai jembatan mengabdi kepada Tuhan dalam karya-karya yang nyata di berbagai bidang. Dengan caranya Frans Seda tidak hanya ikut menanam, tetapi juga membantu menumbuhkan dan mengembangkan keindonesiaan melalui karya dan pergaulannya.
RIWAYAT HIDUP FRANS SEDA
Tempat & Tgl. Lahir : Maumere, Flores, NTT. 4 Oktober 1926
Nama Lengkap : Fransiskus Xaverius Seda
Tempat & Tgl. Lahir : Maumere, Flores, NTT. 4 Oktober 1926
Agama : Katolik-Roma
Pendidikan : Fakultas Ekonomi, The Catholic University in Tilburg (Netherlands), 1956.
A. Dalam Pemerintahan/Lembaga Tinggi Negara:
Pemerintahan Presiden Soekarno:
1964 – 1966 : Menteri Perkebunan
1966 : Menteri Pertanian
Pemerintahan Presiden Soeharto:
1966 – 1968 : Menteri Keuangan
1968 – 1973 : Menteri Perhubungan, Telekomunikasi & Pariwisata
1973 – 1976 : Duta Besar RI di Brussels untuk Masyarakat Ekonomi Eropa, Kerajaan Belgia dan Luxemburg.
1976 – 1978 : Anggota Dewan Pertimbangan Agung RI.
1996 : Anggota Dewan Penasehat Dewan Pengembangan Kawasan Timur Indonesia (DP-KTI) dibawah pimpinan Presiden Soeharto kemudian dilanjutkan oleh Presiden BJ Habibie.
1998 : Penasehat Presiden BJ Habibie/Pemerintah RI untuk Bidang Ekonomi.
1999 : Penasehat Megawati Soekarnoputri sebagai Wakil Presiden dan kemudian sebagai Presiden RI.
B. Dalam Dunia Politik:
1956 – 1968 : Wakil Ketua, kemudian menjadi Ketua Umum Partai Katolik.
1960 – 1964 : Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong (DPRGR) dan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS), mewakili Golongan Katolik.
Sejak 1971 : Anggota Dewan Penasehat Partai Demokrasi Indonesia (PDI), kemudian menjadi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P).
1997 : Anggota Dewan Petimbangan Pusat / DEPERPU PDI - Perjuangan.
C. Dalam Dunia Usaha:
* Ketua Karwell Group (Pabrik Tekstil untuk Ekspor).
* Presiden Komisaris PT Kompas Media Nusantara (Harian Kompas).
* Presiden Komisaris Percetakan dan Penerbitan Gramedia.
* Presiden Komisaris PT Bank Shinta Indonesia.
* Presiden Komisaris PT Pantara Wisata Jaya (kerja sama dengan Japan Airlines dalam bidang Promosi Pariwisata).
* Presiden Komisaris PT Saowisata Seaside & Diving Resort.
* Presiden Komisaris PT Hindoli (kerja sama antara PT Gowa Manurung Jaya & perusahaan Amerika PT Cargill dalam Perkebunan Kelapa Sawit, Sumatera Selatan).
* Anggota Dewan Komisaris PT Bayer Indonesia.
* Presiden Komisaris PT Philips Indonesia.
* Presiden Komisaris PT BritishAmerican Tobacco (PT B.A.T.).
* Ketua Dewan Penasehat Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API).
* Ketua PT Sumberdaya Internusa – Consultant.
* Ketua Asosiasi Indonesia – Netherland (INA).
* Ketua Dewan Pembina Yayasan Kebun Raya Indonesia (YKRI).
* Ketua Joint Policy Committee/Memorandum of Understanding antara Kawasan Timur Indonesia dan Northern Territory – Australia.
* Kepala Perwakilan Pemerintah Northern Territory-Australia di Indonesia.
* Anggota Dewan Penyantun Pusat Kajian Australia – Universitas Indonesia (PKA-UI).
* Ketua Forum Indonesia-Nederland (FINED).
D. Dalam Dunia Pendidikan dan Kegiatan Lain:
1960 : Pendiri dan Ketua Umum Yayasan Atma Jaya/Pendiri Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya, dewasa ini menjadi Ketua Pembina Yayasan Atma Jaya.
1961 – 1964 : Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya.
*) Penasehat Asosiasi Perguruan Tinggi Katolik (APTIK).
*) Ketua Yayasan Pendidikan dan Pembinaan Manajemen (PPM).
*) Ketua Bidang Dana Komite Olahraga Nasional Indonesia.
*) Anggota Dewan Harian Nasional Angkatan 45, Ketua Bidang Ekubang.
*) Anggota Komisi Kepausan untuk Keadilan dan Perdamaian (Iustitia et Pax) di Roma/Vatican.
*) Anggota Dewan Pertimbangan Palang Merah Indonesia Pusat.
E. Bintang-Bintang Kehormatan:
1. Grandcross of St. Silvester – 1964, dari Paus Paulus VI di Vatican.
2. Grandcross in de Orde van Oranje Nassau dari Kerajaan Belanda.
3. Grandcross de L’Ordre Royal du Saha Metrei – 1968, dari (bekas) Kerajaan Kamboja.
4. Commander in the Order of Maritime Merit dari State California (USA) dan San Fransisco Port Authority – 6 September 1968, Gubernur Ronald Reagan.
5. Grandcross de L’Ordre de Leopold II – 4 Juni 1970, Kerajaan Belgia.
6. Grandcross of St. Thomas University – 1972, Filipina.
7. Bintang Mahaputra Adipradana II – 10 Maret 1973, Republik Indonesia.
8. Honorary Member of The Order of The Australia (in Recognition for Service to the Development of Trade Links Between Australian and Indonesia) – Agustus 1999, Pemerintah Australia
Sumber, Wikipedia
franssedaaward.atmajaya.ac.id
“A man for all seasons!”
Sebuah julukan yang diberikan seorang wartawan ternama Indonesia kepada Frans Seda dalam salah satu tulisan menyambut ulang tahun tokoh tiga zaman ini yang ke-80 pada tahun 2006 yang lalu. Julukan itu tentu berdasarkan pantauan sang penulis yang kerap melihat jejak keterlibatan Frans Seda dalam sejarah perjuangan dan pembangunan bangsa Indonesia.
Saat masih muda, beliau sudah bergabung dengan Laskar KRIS (Kebangkitan Rakyat Indonesia Sulawesi) dan anggota Batalyon Paraja/Lasykar Rakyat GRISK/TNI Masyarakat (1945-1950) untuk berjuang melawan Belanda. Di dunia organisasi pemuda, Frans Seda sempat menjadi Ketua Pemuda Indonesia di Surabaya; anggota Panitia Pembubaran Negara Jawa Timur dan DPR Sementara Daerah Jawa Timur (RI) mewakili Pemuda; anggota Panitia Kongres Pemuda di Surabaya; anggota Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) di Belanda; serta pendiri/pengurus Ikatan Mahasiswa Katolik Indonesia (IMKI) di Belanda (1950-1956). Sepulang dari meraih gelar Doctorandus bidang Ekonomi di Tilburg, Belanda, karirnya segera melesat dalam dunia politik, pemerintahan, maupun dalam pengabdiannya kepada Gereja. Keaktifannya di Partai Katolik mengantarkannya pada jabatan Wakil Ketua dan kemudian menjadi Ketua Umum Partai Katolik. Pada tahun 1960, Frans Seda masuk Parlemen sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong (DPRGR) dan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS) mewakili Golongan Katolik. Ketika terjadi gejolak antara Indonesia dan Kerajaan Belanda dalam kaitannya dengan persoalan Irian Barat, beliau amat piawai untuk berdiplomasi. Hal inilah yang membuat Parlemen Belanda yang saat itu dikuasai Partai Katolik Belanda (KVP) menerima Bunker Plan yang berujung pada masuknya Irian Barat ke Republik Indonesia.
Selain menjadi Menteri Perkebunan (1964-1966) pada usia 38 tahun dan kemudian menjadi Menteri Pertanian (1966) pada situasi Negara yang memanas, tidak boleh dilupakan pula bahwa beliau menjadi Menteri Keuangan (1966-1968) dalam keadaan keuangan Republik Indonesia di awal Orde Baru yang sangat tidak baik. Prestasi Frans Seda yang layak diapresiasi pada masa ini adalah bahwa Frans Seda mampu membawa ekonomi Indonesia ke arah yang lebih stabil setelah didera inflasi hingga 650%, mengarahkan Indonesia kembali dalam pergaulan masyarakat internasional, menerapkan kesatuan penganggaran Pemerintah pada Kementerian Keuangan serta menerapkan model anggaran penerimaan dan belanja yang berimbang; dua hal penting yang hingga kini masih diterapkan dalam dunia keuangan Indonesia. Inilah yang menurut pendapat Emil Salim, salah satu sahabat dekatnya adalah tidak berlebihan apabila kita menyebutnya sebagai Pahlawan Keuangan Indonesia. Banyak hal pula yang dilakukannya ketika menjadi Menteri Perhubungan, Telekomunikasi, dan Pariwisata (1968-1973), seperti merintis penerbangan dan pelayaran perintis di berbagai daerah di Indonesia, khususnya di Indonesia bagian Timur, merintis penggunaan satelit telekomunikasi Palapa, serta beberapa kawasan wisata unggulan seperti di Nusa Dua, Bali. Sesudahnya Frans Seda kemudian mendapatkan sederet jabatan di berbagai bidang, seperti: Duta Besar Republik Indonesia di Brussels untuk Masyarakat Ekonomi Eropa, Kerajaan Belgia dan Luxembourg (1973-1976); anggota Dewan Pertimbangan Agung Republik Indonesia (1978-1983), hingga menjadi penasihat Presiden.
Beliau juga seorang pendidik yang ingin mendidik insan-insan Indonesia menjadi pemikir bukan hanya praktisi tanpa dasar pemikiran. Warisannya yang nyata di dunia pendidikan adalah Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya (Unika Atma Jaya) dan PPM (Pembinaan dan Pendidikan Manajemen). Unika Atma Jaya didirikannya bersama rekan-rekannya dari IMKI dan PMKRI pada 1 Juni 1960 dengan modal hanya Rp 500,- (lima ratus rupiah). Kiprahnya di Unika Atma Jaya diawali dengan menjadi Dekan pertama Fakultas Ekonomi sekaligus menjadi Rektor yang pertama kali, selanjutnya sebagai Ketua Umum Yayasan Atma Jaya selama beberapa periode, Ketua Kehormatan Yayasan Atma Jaya, dan bahkan pada saat Frans Seda meninggal pada akhir tahun 2009, beliau masih tercatat sebagai Ketua Pembina Yayasan Atma Jaya.
Frans Seda sungguh-sungguh mengamini tekadnya mengabdi Tanah Air sebagai jembatan mengabdi kepada Tuhan dalam karya-karya yang nyata di berbagai bidang. Dengan caranya Frans Seda tidak hanya ikut menanam, tetapi juga membantu menumbuhkan dan mengembangkan keindonesiaan melalui karya dan pergaulannya.
RIWAYAT HIDUP FRANS SEDA
Nama Lengkap : Fransiskus Xaverius Seda
Tempat & Tgl. Lahir : Maumere, Flores, NTT. 4 Oktober 1926
Nama Lengkap : Fransiskus Xaverius Seda
Tempat & Tgl. Lahir : Maumere, Flores, NTT. 4 Oktober 1926
Agama : Katolik-Roma
Pendidikan : Fakultas Ekonomi, The Catholic University in Tilburg (Netherlands), 1956.
A. Dalam Pemerintahan/Lembaga Tinggi Negara:
Pemerintahan Presiden Soekarno:
1964 – 1966 : Menteri Perkebunan
1966 : Menteri Pertanian
Pemerintahan Presiden Soeharto:
1966 – 1968 : Menteri Keuangan
1968 – 1973 : Menteri Perhubungan, Telekomunikasi & Pariwisata
1973 – 1976 : Duta Besar RI di Brussels untuk Masyarakat Ekonomi Eropa, Kerajaan Belgia dan Luxemburg.
1976 – 1978 : Anggota Dewan Pertimbangan Agung RI.
1996 : Anggota Dewan Penasehat Dewan Pengembangan Kawasan Timur Indonesia (DP-KTI) dibawah pimpinan Presiden Soeharto kemudian dilanjutkan oleh Presiden BJ Habibie.
1998 : Penasehat Presiden BJ Habibie/Pemerintah RI untuk Bidang Ekonomi.
1999 : Penasehat Megawati Soekarnoputri sebagai Wakil Presiden dan kemudian sebagai Presiden RI.
B. Dalam Dunia Politik:
1956 – 1968 : Wakil Ketua, kemudian menjadi Ketua Umum Partai Katolik.
1960 – 1964 : Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong (DPRGR) dan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS), mewakili Golongan Katolik.
Sejak 1971 : Anggota Dewan Penasehat Partai Demokrasi Indonesia (PDI), kemudian menjadi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P).
1997 : Anggota Dewan Petimbangan Pusat / DEPERPU PDI - Perjuangan.
C. Dalam Dunia Usaha:
* Ketua Karwell Group (Pabrik Tekstil untuk Ekspor).
* Presiden Komisaris PT Kompas Media Nusantara (Harian Kompas).
* Presiden Komisaris Percetakan dan Penerbitan Gramedia.
* Presiden Komisaris PT Bank Shinta Indonesia.
* Presiden Komisaris PT Pantara Wisata Jaya (kerja sama dengan Japan Airlines dalam bidang Promosi Pariwisata).
* Presiden Komisaris PT Saowisata Seaside & Diving Resort.
* Presiden Komisaris PT Hindoli (kerja sama antara PT Gowa Manurung Jaya & perusahaan Amerika PT Cargill dalam Perkebunan Kelapa Sawit, Sumatera Selatan).
* Anggota Dewan Komisaris PT Bayer Indonesia.
* Presiden Komisaris PT Philips Indonesia.
* Presiden Komisaris PT BritishAmerican Tobacco (PT B.A.T.).
* Ketua Dewan Penasehat Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API).
* Ketua PT Sumberdaya Internusa – Consultant.
* Ketua Asosiasi Indonesia – Netherland (INA).
* Ketua Dewan Pembina Yayasan Kebun Raya Indonesia (YKRI).
* Ketua Joint Policy Committee/Memorandum of Understanding antara Kawasan Timur Indonesia dan Northern Territory – Australia.
* Kepala Perwakilan Pemerintah Northern Territory-Australia di Indonesia.
* Anggota Dewan Penyantun Pusat Kajian Australia – Universitas Indonesia (PKA-UI).
* Ketua Forum Indonesia-Nederland (FINED).
D. Dalam Dunia Pendidikan dan Kegiatan Lain:
1960 : Pendiri dan Ketua Umum Yayasan Atma Jaya/Pendiri Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya, dewasa ini menjadi Ketua Pembina Yayasan Atma Jaya.
1961 – 1964 : Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya.
*) Penasehat Asosiasi Perguruan Tinggi Katolik (APTIK).
*) Ketua Yayasan Pendidikan dan Pembinaan Manajemen (PPM).
*) Ketua Bidang Dana Komite Olahraga Nasional Indonesia.
*) Anggota Dewan Harian Nasional Angkatan 45, Ketua Bidang Ekubang.
*) Anggota Komisi Kepausan untuk Keadilan dan Perdamaian (Iustitia et Pax) di Roma/Vatican.
*) Anggota Dewan Pertimbangan Palang Merah Indonesia Pusat.
E. Bintang-Bintang Kehormatan:
1. Grandcross of St. Silvester – 1964, dari Paus Paulus VI di Vatican.
2. Grandcross in de Orde van Oranje Nassau dari Kerajaan Belanda.
3. Grandcross de L’Ordre Royal du Saha Metrei – 1968, dari (bekas) Kerajaan Kamboja.
4. Commander in the Order of Maritime Merit dari State California (USA) dan San Fransisco Port Authority – 6 September 1968, Gubernur Ronald Reagan.
5. Grandcross de L’Ordre de Leopold II – 4 Juni 1970, Kerajaan Belgia.
6. Grandcross of St. Thomas University – 1972, Filipina.
7. Bintang Mahaputra Adipradana II – 10 Maret 1973, Republik Indonesia.
8. Honorary Member of The Order of The Australia (in Recognition for Service to the Development of Trade Links Between Australian and Indonesia) – Agustus 1999, Pemerintah Australia
Sumber, Wikipedia
franssedaaward.atmajaya.ac.id
Posting Komentar